Definisi nyeri terkini menurut International Association for the Study of Pain (IASP) adalah sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau stimulus yang potensial menimbulkan kerusakan jaringan. Konsep lama menyatakan bahwa pemrosesan nyeri (pain processing) hanya bergantung pada jalur nyeri saja dan intensitas nyeri yang timbul hanya dipengaruhi besarnya stimulus yang didapatkan.
Teori gate control yang dipopulerkan oleh Melzack dan Wall menyatakan bahwa tidak hanya aspek neurofisiologi saja yang mempengaruhi persepri nyeri, tetapi juga aspek psikologis. Teori ini menyatakan adanya proses modulasi desendens dari otak ke medula spinalis terhadap serabut saraf penghantar nyeri sangat mempengaruhi intensitas nyeri yang dirasakan. Hal ini memperkuat anggapan perlunya nyeri ditangani secara multidisiplin.
Paradigma modern penatalaksanaan nyeri telah berubah dari model biomedikal menjadi model biopsikososial yang didasari pengertian bahwa mekanisme nyeri merupakan integrasi dari input sensorik, emosional dan sistem kognitif (gambar 1) (Meyer, 2007)
Paradigma biopsikososial pada nyeri
Nyeri fase akut terutama membutuhkan pendekatan terapi farmakologis dan terapi fisik termasuk pembatasan aktivitas. Nyeri fase kronis tidak cukup hanya diatasi dengan terapi farmakologis dan fisik saja tetapi perlu mendapatkan perhatian dari aspek psikologis dan sosial. Ketidakmampuan penyesuaian diri secara psikologis dapat mempengaruhi hasil terapi.
Depresi, somatisasi, intoleransi tehadap nyeri, persepsi diri yang salah akan cenderung memperberat nyeri dalam hal intensitas maupun kronisitasnya. Nyeri kronik juga akan menyebabkan stress psikososial dalam bentuk disabilitas, hilangnya pekerjaan/produktivitas, terganggunya hubungan sosial dan kenikmatan hidup (Disorbio et al., 2006).